Usaha Unik Amsuri, Mendaur Ulang Kayu Jati Kuno Dengan Omset Ratusan Juta Perbulan - mebel furniture jepara

Breaking

Home Top Ad

Post Top Ad

Kamis, 09 November 2017

Usaha Unik Amsuri, Mendaur Ulang Kayu Jati Kuno Dengan Omset Ratusan Juta Perbulan

Menengok usaha Amsuri Asal kepulauan Sapeken Sumenep, Madura, Jawa Timur yang memiliki omset ratusan juta rupiah perbulannya. Jenis usaha yang dibidiknya memang agak unik, yakni mendaur ulang material kayu jati bekas untuk dijadikan mebel dengan desain lama.
Material jati seken itu berasal dari rumah-rumah kuno di pulau Garam Madura, dan sejumlah perabot-perabot perlengkapan rumah tangga. Namun demikian namanya barang bekas, tentu tidak semua kayu jati seken itu masih terlihat mulus. Seperti material jati bekas perabotan rumah tangga, meski terlihat masih kokoh namun tidak utuh lagi. Atau lemari satu pintu yang sana sini terlihat lubang-lubang bekas di makan rayap.
Namun jangan salah, ketika berada di tangan Amsuri Warga Kepulauan Sapeken ini, material yang sudah tidak mulus lagi ini akan berubah menjadi sebauh mebel atau furnitur yang terkesan antik. Justru di sanilah daya tariknya, selain pada kayu jati yang terkenal kekuatannya, juga karena kesan antik dari produk tersebut.
Tak ayal banyak warga di pulau garam Madura ini, yang datang ke gudang daur ulang mebel CV. Sumenep Baru di Jalan Lingkar Barat, Desa Babalan, Kabupaten Sumenep. Disini para pembeli akan langsung melihat mebel yang sudah jadi dengan bahan dari jati kuno. Tidak hanya itu saja para pembeli juga bisa memilih bahannya sendiri dan memesan sesuai dengan model yang di inginkan.
“Disini saya memang hanya menyediakan bahan kayu jati kuno yang dibeli dari rumah tradisional, dan para pembeli juga diberi kebebasan untuk memilih bahannya dan model furnitur atau mebel sesuai dengan keinginannya,” kata Amsuri Direktur CV. Sumenep Baru Mebel Daur Ulang Kayu Jati Kuno di gudangnya, Senin (16/11/2015).
Usaha yang digelutinya sejak lima tahun lalu ini, ternyata mendapat respon bagus, khususnya dari konsumen penyuka kayu jati. Mereka tidak masalah kalau kayu jati yang dijadikan produk mabel adalah kayu jati bekas. Bahkan sebagian konsumennya juga tidak mempermasalahkan soal harga yang ditawarkan.
“Selama ini para konsumen tidak mempersoalkan harga yang ditawarkan, melainkan mereka berani bayar mahal jika kayu jati tersebut benar-benar kuno dan masih bagus, dan yang paling disukai oleh para konsumen adalah mereka bisa memilih sendiri dan menentukan model furnitur yang akan dibelinya,” tuturnya.
Lanjut Amsuri Pengusaha Muda dari kepulauan Sapeken ini, Untuk mendapatkan material jati seken, dia harus rajin berburu rumah-rumah jati tradisi Jawa yang ada di pulau garam Madura yang akan dijual pemiliknya. Sehingga Amsuri harus banyak teman dan membelinya secara borongan, proses selanjutnya, ia memisahkan material jati dan bukan jati.
Hanya material jati yang kami manfaatkan kembali, sedang kayu jenis lain tidak. Kami memang khusus produk jati, meski kalau ada konsumen minta dari kayu jenis lain, tetap dilayani. Material rumah yang dipreteli itu, kemudian dibentuk menjadi aneka produk perlengkapan perabotan rumah tangga,” ucapnya.
Amsuri menambahkan, dalam pengelolaan daur ulang kayu jati kuno menjadi sebuah furniture atau mebel ini, dirinya menggunakan tenaga ahli yang cukup profesional, bahkan untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam pembuatan furniture atau mebel yang dipesan oleh para konsumennya, Amsuri mendatangkan 10 orang pekerja dari Jepara.
“Saya sengaja mendatangkan pekerja dari Jepara yang memang sudah handal dalam membuat aneka ragam mebel atau furniture, hal itu dilakukan agar para konsumen puas dengan hasil pesanannya tersebut,” ujarnya.
Tenaga ahli profesionnal dan seni dalam pembuatan furniture atau mebel ini sangat diperlukan, Sebab menurutnya orang akan kembali memesan mebel atau furniture ke CV. Sumenep Baru, jika hasil garapannya bagus dan kayu jatinya benar-benar kuno. Selain itu pula harga yang ditawarkan lumayan mahal, yakni kisaran Rp. 5 juta hingga Rp. 40 juta perunitnya.
Seperti harga Gazibo yang berukuran 2×2 meter dipatok seharga Rp. 8 juta, sedangkan ukuran 2,5×2,5 meter dipatok Rp. 16 juta. Bahkan untuk meja yang memiliki ukuraan 1105 cmm x 15 cm dan tebal 300 cm dengan bahan kayu jati kuno dipatok seharga Rp. 100 juta. Namun harga yang begitu tinggi tersebut tidak menjadi persoalan bagi para konsumennya, karena rata-rata para pembeli yang datang memang penyuka kayu jati kuno.
“Selama ini, soal harga tidak menjadi persoalan bagi para konsumen, karena mereka memang mencari bahan kayu jati kuno dan disinilah tempatnya. Namun demikian sebagai pengusaha yang tidak ingin para konsumennya berpaling, maka saya harus juga menjaga kwalitas bahan yang akan dijualnya, selain itu pula untuk garapan pesanan mebel dari para konsumen, saya mendatangkan tenaga ahli dari Jepara. Hal itu dilakukan hasilnya benar-benar bagus dan konsumen puas,” ungkapnya.
Diakui Amsuri bahwa unsur promosi dan relasi sangat penting bagi pengembangan usahanya, karena tidak semua pembeli memahami tentang kayu jati kuno dan harganya juga mahal. Seperi kayu balok yang satu ini, yang memiliki panjang 1,2 meter, tebal 15 cm dan lebar 400 cm ini, hargnya dipatok Rp. 100 juta.
“Kayu ini memang sangat mahal, karena selain memang benar-benar kuat, juga bisa dibuat apa saja, seperti perabotan rumah tangga atau lemari,” imbuhnya.
Bagi para pembaca yang tertarik dengan aneka ragam mebel atau furniture milik CV. Sumenep Baru ini, bisa langsung datang ke Jalan Lingkar Barat, Desa Babalan, Kecamatan Kota, Kabupaten Sumenep. Disini anda dapat melihat berbagai contoh furniture atau mebel yang sudah jadi dengan berbahan kayu jati kuno, seperti satu set kursi yang harganya kisaran Rp. 4 juta hingga Rp. 6 juta, meja kayu jati kuno yang harganya Rp. 100 juta dan Lemari yang harganya kisaran Rp. 5 hingga Rp. 7 juta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad